Telegraf, Jakarta – Fakta tentang sampah nasional sudah cukup meresahkan, apalagi ditambah dengan persoalan sampah plastik yang menjadi problem bagi lingkungan. Dibutuhkan waktu ratusan tahun bagi tanah untuk menguraikan plastik. Karena susah diurai, sampah plastik bisa menjadi ancaman bagi kehidupan dan ekosistem, yaitu dapat menurunkan kesuburan tanah. Dan menumpuknya sampah plastik di saluran air, selain mencemari lingkungan, juga bisa menyebabkan banjir. Tak hanya itu, pembakaran sampah plastik juga menghasilkan dioksin yang berbahaya bagi kesehatan kita.
Tahun 2012, beberapa studi dilaksanakan untuk meneliti tentang penanganan sampah. Hasilnya, didapati bahwa sampah-sampah yang diproduksi ini ditindaklanjuti tanpa dikelola (7%), dibakar (5%), dikompos dan didaur ulang (7%), dikubur (10%), dan—yang paling besar—ditimbun saja di TPA alias Tempat Pembuangan Akhir (69%).
Sampah memerlukan penanganan secara serius diantaranya sampah plastik. Perkembangan zaman, kecanggihan teknologi, minat belanja yang tinggi dan gaya hidup yang instan membuat penggunaan plastik terus meningkat sampai pada tahap yang mengkhawatirkan, berdasarkan data Jakarta sebagai ibukota merupakan kota yang paling banyak memproduksi sampah yaitu 7.500 ton sampah perhari, 7.500 ton tersebut jika ditumpukan dapat setara dengan ukuran Candi Borobudur.
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) DKI Jakarta bagian dari masyarakat yang memiliki konsern pada tiga hal yaitu : penanggulangan Bencana, Perubahan Iklim dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga memiliki tanggung jawab untuk membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah di komunitas di Wilayah DKI Jakarta, dengan membentuk Bank Sampah Nusantara (BSN) tingkat komunitas dan Lembaga – lembaga Pendidikan.
Asep Sabar Utama Panitia Pelaksana menyampaikan Untuk terus mendukung program pengeloaan sampah yang terpadu, pada 17 Oktober 2019 LPBI NU DKI Jakarta melaksanakan kegiatan diskusi tematik Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas, dilaksanakana oleh di Ruang Pertemuan PWNU DKI Jakarta, hadir sebagai narasumber : Firia Ariani Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI PBNU; H. Joko Rianto Kepala Bidang Peran serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta; M. Wahib Emha Ketua LPBI NU DKI Jakarta. Dan dihadiri 60 peserta yang terdiri dari berbagai utusan, praktisi pengelola sampah, akademisi, guru, siswa serta Lembaga dan badan otonom NU di DKI Jakarta.
Semua yang terlibat dalam kegiatan menghindari penggunaan yang akan mengakibatkan sampah plastik, semua membawa tumbler, Desain tempat duduk untuk narasumberpun menggunakan eco brick (terbuat dari sampah plastik),
Kegiatan dibuka oleh H. Mualif. ZA Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, dalam sambutannya menyatakan bahwa Peran NU DKI Jakarta sangat strategis, karena NU memiliki struktur kepengurusan sampai yang paling bawah atau tingkat RT. NU juga memiliki sumberdaya sangat banyak, jika peran ini disinergikan insya Allah persolan sampah di DKI Jakarta dapat teratasi, NU DKI Jakarta juga sangat mengapresiasi kiprah LPBI NU DKI Jakarta yang terus melakukan kegiatan pembinaan, sosialisasi terkait lingkungan hidup dan juga banyak membantu warga jika terjadi bencana.
Fitria Ariani dalam paparannya menyampaikan bahwa pentingnya pengelolaan sampah sampai pada tingkat masyarakat paling bawah, karena persoalan sampah berinduk dari rumah tangga, sehingga dengan adanya kegiatan ini masyarakat bisa mengambil peran yang lebih. Kedua Bank Sampah Nusantara (BSN) dikelola secara professional dan akuntabel, ini terkait sejauh mana kita bisa mengukur volume sampah yang kita kelola, dalam mengurangi dampak dari C02 (karondiooksida) untuk keberlanjutan yang kita data dari O2 (oksigen). Fitria Ariani juga mengajak kita semua untuk hijrah, hijrah dalam arti meninggalkan hal-hal yang mengajibatkan sampah kepada kebersihan.
Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat (PSM) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta H. Joko Rianto menyampaikan tentang Regulasi dan persoalan sampah di DKI Jakarta serta cara penanganannya, bahwa pengelolaan sampah harus dilakukan secara terpadu dan sinergi lintas Lembaga dan melibatkan masyarakat, Dinas LH juga memiki program yang nantinya masyarakat yang akan mengelola dan mengimplementasikannya, kami ucapkan terimakasih atas peran LPBI NU DKI Jakarta yang telah terus berperan aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup di DKI Jakarta, Dinas LH DKI Jakarta juga akan terus melibatkan LPBI NU DKI Jakara untuk mengelola sampah dan lingkungan hidup di DKI Jakarta.
M. Wahib Emha Ketua LPBI NU DKI Jakarta menyampaikan, Mengapa kita gunakan kata pengelolaan bukan pengolahan, pengelolaan lebih pada manajemen sehingga memiliki arti yang lebih luas dan bisa mewadahi dalam pengolahan sampah.
DKI Jakarta memiliki ancaman bencana yang sangat dominan yaitu diantaranya kebakaran dan banjir, keduanya sangat terkait erat dengan lingkungan hidup dan pengelolaan sampah, sehingga pentingnya penyeimbangan dalam mitigasi baik structural maupun kulturalnya. Banyaknya pembangunan infrastruktur harus dibarengi oleh pemahaman warga, dengan harapan warga juga menjadi bagian dalam pengelolan lingkungan hidup dan pengelolaan sampah sehingga mitigasi bisa seimbang.
Wahib juga menjelaskan bagaimana para pendahulu kita sangat menghargai lingkungan, dan jika belanja menggunakan tempat dari rumah (bukan plastic) hal ini sejalan dengan ajaran agama yang disampaikan oleh para ulama NU dalam pelestarian alam, lingkungan hidup dsb, diantarnya kewajiban kita dalam pelestarian lingkungan hidup, maka siapa saja yang merusak alam, membuang sampah sebarangan hukumnya haram. (red)
Photo Credit : sambutan H. Mualif. ZA Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta saat pembukaan Diskusi Tematik “Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas” / Telegraf